Hay Sob apa kabar ? berjumpa lagi
di artikel yang selalu menyajikan informasi lengkap tentang obyek wisata. Ya Pulau Bali adalah suatu daerah yang
menjadi tujuan utama wisatawan untuk melakukan liburan mereka. Tak tangggung-tanggung,
wisatawan yang datang tak hanya dari Indonesia saja bahkan tak sedikit juga
dari mancanegara hlo.
Suatu sebuah alasan karena daerah
Bali memiliki destinasi wisata yang beragam, unik dan juga lengkap dengan apa yang diinginkan oleh setiap pengunjungnya. Serasa setiap
wisatawan yang pernah berkunjung tak pernah bosan untuk mengunjunginya kembali,
dengan alasan bahwa Bali adalah surga kecil yang pernah ada di Dunia.
Bagaimana pembaca sudah pernah
berlibur ke Bali ? jika iya, memang daerah ini terkenal akan obyek wisata
pantainya yang sangat populer dikalanagn wisatawan domestik maupun asing,
sebagai contohnya Pantai Kuta, Pantai Dreamland, Pantai Pandawa serta
Pantai Jimbaran adalah beberapa wisata pantai yang menjadi ikonya Bali.
Ingin liburan ke Bali tapi tidak ke pantainya ? Nah,
ini merupakan pertanyaan yang pas untuk membahas obyek wisata di halaman ini. Pembahasan
tempat wisata kali ini akan mengenai Perang Ketupat di Kabupaten Badung. Sedikit
aneh, tapi perang ini sungguh nyata dan malah dijadikan sebagai sebuah tradisi
di Bali hlo Guys.
Perang Ketupat ialah salah satu tradisi
di Bali yang rutin diadakan setiap setahun sekali oleh masyarakat di Desa Kapal,
Kecamatan Mengwi, kabupaten Badung, Bali. Tradisi Perang Ketupat ini bukannya
suatu kekerasan, melainkan dilaksanakan sebagai rangkaian upacara yang
bertujuan kesejahteraan masyarakat desa sebagai rasa syukur atas keberhasilan
panennya.
Tradisi Unik Upacara Perang
Ketupat atau bernama lain “Aci Rah Pengangon” adalah salah satu dari banyaknya tradisi
adat budaya Umat Hindu di Bali yang tergolong unik dan menarik. Tradisi yang
diselenggarakan rutin setiap tahunnya merupakan warisan leluhur yang masih
terus dilaksanakan secara turun temurun dari generasi penerus sampai saat ini.
Adapun sejarah tentang Upacara
Perang Ketupat yang mana pertama kali diadakan sekitar abad 13 Masehi atau di tahun
1970-an. Pelaksanaa Upacara Perang Ketupat ini di diawali dengan melakukan
upacara sembahyang bersama-sama oleh seluruh warga desa di sebuah pura
setempat. Selesai melakukan sembahyang tersebut, peserta menyiapkan senjata
yang berupa ketupat.
Ketupat-ketupat yang jumlahnya
ribuan ini merupakan hasil sumbangan dari seluruh warga di Desa Kapal. Para peserta
upacara Perang Ketupat kesemuanya adalah laki-laki yang mana di
bagi menjadi dua kelompok dan saling berhadapan satu sama lain. Setelah
semuanya dirasa sudah siap, jalanan yang ada di depan pura akan ditutup kurang
lebihnya selama 30 menit – 1 jam untuk acara Perang Ketupat.
Masing-masing dari peserta perang
mempersenjatai diri mereka dengan sejumlah ketupat. Begitu perang dinyatakan
mulai, kedua kelompok tersebut saling menyerang kubu lawan dengan cara melemparkan
ketupat ke arah “lawan”. Didalam atraksi Perang Ketupat tidak ada aturan
khusus, semua peserta bebas melempar ke
arah mana pun di kubu lawan.
Setelah Perang Ketupat usai, semua
peserta yang mana dari warga Desa Kapal akan saling tertawa ria sembari
bercerita dan diakhiri dengan saling berjabat tangan, berpelukan dan tidak ada
dendam.
Lokasi diselenggarakannya Tradisi
Perang Ketupat :
0 komentar:
Posting Komentar